[Review Buku] Mempertanyakan tentang Kemanusiaan dalam Buku Gagal Menjadi Manusia Karya Dazai Osamu
Hidupku penuh aib.
Kalimat pertama yang akan kamu baca saat pertama kali membuka buku ini, bisa dibilang adalah rangkuman keseluruhan isi. Gagal Menjadi Manusia berusaha menunjukkan bagaimana perasaan seseorang berpengaruh pada jalan pikirannya dan secara tidak langsung berpengaruh pada perbuatannya. Buku ini mengungkapkan bagaimana kadang kesan yang ditampakkan seseorang berbanding terbalik dengan bagaimana orang itu melihat dirinya sendiri.
Buku ini menceritakan tentang kehidupan Oba Yozo atau biasa dipanggil Dik Yo dari kecil. Yozo sendiri merupakan orang yang berkecukupan kala itu baik dari segi sandang, pangan dan papan. Bisa dikatakan hidup Yozo kelihatan sempurna, sayangnya dia sendiri seringkali merasa rendah diri. Faktor utama yang menyebabkan Yozo rendah diri adalah sifat ayahnya yang acuh tak acuh pada dirinya. Nantinya, hal tersebut akan berpengaruh terhadap bagaimana Yozo memandang dirinya sebagai manusia yang gagal.
Menggunakan sudut pandang orang pertama, pembaca dapat melihat alasan tokoh utama berbuat sesuatu. Rasa rendah diri yang dimiliki Yozo sendiri dekat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga tak mungkin rasanya tidak bersimpati dengan apa yang Yozo rasakan. Buku ini juga membuat kita mempertanyakan soal benar dan salah yang terkadang kabur. Baik apa yang dilakukan Yozo serta reaksi orang lain atas hal tersebut bisa dimaklumi oleh pembaca.
Buku ini sendiri sebenarnya merupakan tipe yang bisa sangat disukai atau malah yang tidak akan kembali. Beberapa bagian di buku ini ada yang terlalu metafora sehingga akan sulit dipahami. Selain itu, buku ini benar-benar memperlihatkan bagaimana pikiran tergelap seseorang secara gamblang dan mungkin bisa membuat beberapa pembaca kurang nyaman. Namun, buku yang sering dibilang semi-autobiografi dari Dazai Osamu ini seperti memberikan sebuah sudut pandang baru.
Salah satu bagian yang menarik dalam buku ini adalah saat seorang tokoh menganggap bahwa Yozo merupakan orang tulus dan penuh perhatian. Berbeda dengan Yozo yang melihat dirinya sendiri sebagai seseorang yang gagal. Buku ini seperti mengingatkan kita untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri. Gagal Menjadi Manusia memperlihatkan bahwa manusia berperilaku sedemikian rupa karena berbagai faktor dan yang paling bisa memahami itu hanya dirinya sendiri.
Apabila kalian memutuskan untuk membaca buku ini, siap-siap untuk menghela nafas sepanjang membaca dan nikmati segala emosi yang kalian rasakan saat itu.
Ditulis oleh Salsabila Adenia