[Review Buku] Dendam yang Berubah Menjadi Tragedi dalam Penance Karya Minato Kanae
Minato Kanae kembali membawa tema tentang sebuah dendam.
Penance adalah novel kedua dari Minato Kanae yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Buku ini bercerita tentang seorang anak bernama Emily yang ditemukan terbunuh di sebuah desa kecil. Empat orang anak lainnya yang berada di lokasi kejadian memberikan kesaksian berbeda. Kasus pembunuhan ini kemudian tidak juga menemukan titik terang. Ibu Emily yang marah memberi ancaman agar mereka menemukan pelaku atau dirinya akan membalas dendam. Selama lima belas tahun keempat anak tersebut menanggung beban tersebut. Masing-masing dari mereka berusaha untuk melanjutkan hidup sembari mencari petunjuk tentang kasus tersebut tanpa sadar bahwa tragedi demi tragedi mulai muncul.
Buku yang terdiri dari lima bagian ini, dinarasikan melalui sudut pandang tokoh yang berbeda. Hal ini membuat pembaca dapat memahami bagaimana hubungan mereka berempat dan Emily, ingatan tentang hari kasus pembunuhan terjadi sampai cara masing-masing menghadapi ancaman Ibu Emily. Dapat terlihat bahwa mereka semua terpengaruh oleh kematian Emily, sehingga tanpa sadar mereka sudah berjalan ke arah tragedi. Selain itu, dalam setiap bagian mulai muncul berbagai petunjuk yang mengarah ke pelaku.
Secara keseluruhan bisa dibilang bahwa buku ini memberikan sebuah perasaan mencekam yang berbeda. Sebelum pada akhirnya pembaca akan menemukan jawaban atas pelaku pembunuhan. Namun, secara garis besar buku ini sendiri tidak fokus dalam masalah pembunuhan melainkan bagaimana sebuah peristiwa dapat memengaruhi kita tanpa disadari. Trauma atas kematian Emily membuat setiap tokoh terluka dalam bentuk yang berbeda satu sama lain. Luka ini juga yang nantinya menghancurkan mereka dari dalam secara perlahan-lahan.
Membicarakan soal kekurangan dari novel ini adalah twist tidak terlalu mengagetkan sebenarnya. Minato Kanae sendiri merupakan seorang penulis yang senang menyelipkan twist pada karya-kayanya. Namun apabila dibandingkan dengan karya sebelumnya yaitu Confession, twist dalam novel ini tidak terlalu menegangkan. Apabila teman baca memperhatikan, bahkan ada dalam salah satu bagian yang dengan jelas memaparkan hal yang merupakan twist. Bagi kamu yang berharap akan membaca novel yang menjabarkan secara rinci penyelesain kasus pembunuhan Emily mungkin akan kecewa. Hal ini sebab kasus pembunuhan bukanlah konflik utama melainkan peristiwa yang memicu timbulnya konflik utama.
Keunikan buku ini terletak pada bagaimana penulis menggambarkan setiap tokoh. Semua karakter terasa sangat manusiawi dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Semakin membaca kita semakin sadar bahwa seperti manusia, tokoh dalam novel ini banyak yang masuk dalam kategori abu-abu. Penulis seperti ingin mengatakan bahwa benar dan salah merupakan sesuatu yang relatif dan membuat pembaca memahami sekaligus berempati kepada setiap tokoh yang terlibat. Lagipula membaca buku memang salah satu cara memahami orang lain, bukan.
Bagaimana pendapat teman baca soal buku ini? Tulis di kolom komentar ya.
Ditulis oleh Salsabila Adenia