[Resensi Buku] Mengintip Budaya Belitong di Penutup Kisah Laskar Pelangi: Maryamah Karpov Karya Andrea Hirata
Judul : Maryamah Karpov
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Jumlah halaman : 504
Tahun terbit : 2008
Sudah tahukah Teman Baca tentang persahabatan Laskar Pelangi, cerita Ikal dan Arai dalam Sang Pemimpi semasa SMA, dan kisah penjelajahan di benua Eropa bersama mereka di buku Edensor?
Lalu, sudahkah Teman Baca membaca kisah Ikal setelah menyelesaikan kuliahnya di luar negeri? Ketiga cerita tadi sudah diketahui oleh banyak orang, tetapi tidak dengan buku keempat!
Judulnya adalah Maryamah Karpov, mengisahkan kehidupan Ikal setelah menyelesaikan kuliahnya di Sorbonne, Perancis, dan kembali menjalani masa-masa pengangguran di kampung halaman tercinta. Kehidupan Ikal di Eropa berbeda 180 derajat dengan kampung halamannya.
“Seakan membalik tangan, demikian dramatis perubahan hidupku.”, tulis Andrea di halaman 51.
Di kampungnya, muncul drama yang dibuat komunitasnya dengan segala superstisi dan adat kebiasaan di Belitong. Dari sini, Ikal menyisipkan berbagai wejangan yang didapatkan.
Seperti buku-buku sebelumnya, pelajaran moral berlanjut. Tak lupa juga daftar penyakit gila yang ia gunakan pada kisah-kisah dari orang-orang di komunitasnya. Kenangan lama semasa kecil pun kembali, termasuk cinta pertama Ikal, A Ling, yang menjadi tujuan utama tokoh Ikal di dalam buku ini.
Kelebihan buku ini terletak pada kemampuan penulisnya yang mampu memikat pembaca melalui keindahan kata dan prosa. Bahasanya sangat santai. Hal ini ditunjukkan oleh Ikal yang menceritakan kisahnya kepada pembaca layaknya teman akrab.
Meskipun begitu, kisah mencari cinta sejati yang dijalani oleh Ikal tidak sejalan dibandingkan kisah-kisah sebelumnya. Ketiga buku sebelumnya membahas perjuangan pendidikan Ikal di masa dan tingkat ekonomi yang sulit. Sedangkan buku ini mengutamakan perjuangan mencari cinta.
Alangkah baiknya, penulis menggambarkan sedikit happy ending untuk pendidikan Indonesia. Terlebih ketika Ikal sudah mencapai tingkat pendidikan S2 dan bisa berpengaruh besar terhadap komunitasnya.
Keunikan buku ini terletak pada tokoh-tokohnya. Andrea Hirata menggambarkan komunitasnya di Belitong dengan berbagai cerita jenaka dan memperlihatkan dinamika sosial yang sangat unik. Kebudayaan Indonesia dapat dipelajari hanya dari sebuah buku tanpa perlu melihatnya secara langsung.
Bila ingin lebih memahami Maryamah Karpov, disarankan terlebih dahulu membaca tiga buku sebelumnya. Banyak tokoh-tokoh lama muncul kembali membawa kisah-kisah mereka.
Buku ini juga cocok bagi Teman Baca penggemar Laskar Pelangi yang ingin tahu lebih lanjut keadaan para tokoh setelah dewasa dan ingin menjelajahi Indonesia bermodal duduk santai di rumah.
Ditulis oleh Mutia Rahman Azzahra