Rekomendasi Buku Kumpulbaca Genre Fiksi-Politik Edisi Februari 2022
Halo Teman Baca!! Apa kamu butuh referensi baru untuk bacaan kedepannya? Kebetulan Kumpulbaca punya rekomendasi buku berdasarkan genre nih! Genrenya adalah Fiksi-Politik.
Mungkin terasa berat ketika baca buku bergenre politik. Tapi ga seberat itu kok. Cerita fiksi dengan nuansa politik terkadang seru untuk dibaca. Teman baca seakan diajak merasakan betapa tegangnya terlibat dalam dunia politik. Entah itu terjun langsung ke dalamnya atau terseret secara perlahan.
Kumpulbaca sendiri punya 3 rekomendasi buku untuk Teman Baca. Pertama, ada buku Kelomang karya Qizink La Aziva. Kedua, Animal Farm karya George Orwell. Ketiga, Jazz, Parfum, dan Insiden karya Seno Gumira Ajidarma. Berikut sedikit ulasan dari masing-masing buku.
Kelomang karya Qizink La Aziva
Mengisahkan perjuangan Saija, Lukman, dan Yanto melawan keserakahan perusahaan PT. Bintang Laut yang ingin mengeksploitasi pasir laut Pantai Utara Banten. Saija dengan kawan-kawan aktivis lingkungannya, serta Lukman dan Yanto dengan redaksi Mata Pena, mengkritisi kebijakan perusahaan PT. Bintang Laut yang didukung pejabat-pejabat lokal. Sebab, pelaksanaan operasional PT. Bintang Laut berpotensi merusak lingkungan sekitar. Hal tersebut juga berdampak kepada para nelayan.
Sakib, salah satu mantan kepala desa yang kini menjadi pengusaha ternama menjadi tokoh antagonis utama dalam cerita. Sakib menjadi tokoh penting saat dia berhasil mempengaruhi, Jamaludin (Bupati Banten) untuk memberikan perizinan PT. Bintang Laut. Suap-menyuap, saling menyelidiki, dan saling mempengaruhi dilakukan semua tokoh yang terlibat.
Animal Farm karya George Orwell
Mengambil latar peternakan hewan Inggris yang dikelola oleh Mr.Jones. Cerita berkembang saat para hewan mulai memberontak dan berhasil mengusir Mr.Jones dari peternakan. Para hewan berontak karena merasa terkekang saat diurus oleh Mr.Jones. Akhirnya para hewan sepakat untuk membenci manusia. Selain itu, rumah dan gudang peternakan milik Mr.Jones kini dikelola para hewan. Mereka mulai membangun peradaban sendiri. Pekerjaan Mr.Jones digantikan para hewan seperti; menanam jagung, menggarap lahan, menciptakan kincir untuk pembangkit listrik, dan membuat sistem pemerintahan untuk mengatur kerja para hewan. Pemimpin para hewan saat itu adalah hewan babi (karena hewan babi lebih cerdas dari hewan lain). Namun, konflik memuncak saat para babi menyalahgunakan kekuasaannya untuk menindas hewan lain demi kepentingannya pribadi.
Jazz, Parfum, dan Insiden karya Seno Gumira Ajidarma
Menceritakan seorang wartawan berselera musik jazz yang bertemu dengan beberapa wanita. Baginya, setiap wanita adalah unik. Sebab para wanita memiliki wangi parfum dan cerita yang berbeda-beda. Disamping pergaulannya dengan para wanita, si wartawan juga sedang menyelidiki dokumen-dokumen yang berisi kasus kekerasan di Timor-Timur. Lebih tepatnya, kasus yang lebih dikenal dengan Santa Cruz. Kasus penembakan para demonstran yang dilakukan militer Orde Baru setelah misa arwah di gereja Moteal, Dili, pada tanggal 12 November 1991. Dengan penyelidikan si wartawan, tak heran jika kantor redaksi tempat dia bekerja beresiko untuk dibredel.
Ketiga buku ini menarik karena memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan dari ketiga buku adalah substansinya yang membahas tentang bagaimana politik bekerja dalam artian negatif. Walaupun fiksi, ketiga buku sukses menggambarkan kepentingan-kepentingan para tokoh yang saling berlawanan. Hingga akhirnya mereka memperjuangkan kepentingan tersebut dengan menggunakan caranya masing-masing. Terlepas dengan cara baik atau buruknya.
Perbedaan ketiga buku terletak pada isi ceritanya. Misalnya, buku Animal Farm menggunakan fabel untuk menyampaikan isi cerita. Sedangkan, buku Kelomang dan buku Jazz, Parfum, dan Insiden punya karakter wartawan untuk mengumpulkan informasi terkait politik yang terjadi. Berbeda dengan buku Animal Farm, buku Kelomang dan buku Jazz, Parfum, dan Insiden masih punya bumbu romantis. Kasus-kasus yang diangkat juga berbeda. Latar cerita dalam buku Jazz, Parfum, dan Insiden mengambil kasus yang faktanya pernah terjadi di Timor-Leste. Sementara, kasus kedua buku lainnya bersifat fiktif.
Sekiranya itulah ketiga buku yang direkomendasikan oleh Kumpulbaca. Membaca buku Fiksi-Politik memang terkadang bikin geregetan dengan isi ceritanya. Tapi, bukan berarti hal itu tak bisa dinikmati. Jadi bagaimana? Penasaran? Kalau iya, silahkan kalian baca sendiri salah satu, salah dua, atau ketiga bukunya!
Ditulis oleh Muhammad Farhan Alfiansyah