Rekomendasi Buku Karya Sujiwo Tejo

Kumpulbaca
4 min readMar 16, 2022

--

(Pinterest.com)

Halo Teman Baca! Selamat hari Rabu!

Siapa yang tak mengenal Sujiwo Tejo? seniman asal Jember, Jawa Timur yang lahir pada 31 Agustus 1962. Sujiwo tejo biasa dikenal sebagai budayawan sekaligus dalang, tetapi dia juga pernah membuat album musik dan terjun ke dunia perfilman. Pernah albumnya yang berjudul Pada Suatu Ketika meraih penghargaan pada Grand Final Video Musik Indonesia tahun 1999. Sujiwo Tejo juga pernah ikut dalam film, seperti; Telegram (2001), Kafir (2001), Janji Joni (2005), Sang Pencerah (2010), Guru Bangsa: Tjokroaminoto (2015), Kucumbu Tubuh Indahku (2018), dan Mangkujiwo (2020). Selain berkiprah dalam dunia seni, dia juga sibuk menjabat sebagai Presiden #Jancukers hehehe…

Membahas karya Sujiwo Tejo, Kumpulbaca sendiri punya 3 rekomendasi buku bagi Teman Baca, diantaranya; Balada Gathak Gathuk (2016), Tuhan Maha Asyik (2016), dan Talijiwo (2018). Berikut ulasan ketiga buku.

Balada Gathak Gathuk (2016)

(Goodreads.com)

Mengisahkan perjalanan saudara kembar bernama Gathak dan Gathuk dalam mencari guru panutannya, Raden Jayengresmi dan adiknya Niken Rancangkapti pasca penyerbuan Giri oleh Mataram dibawah komando Pangeran Pekik. Kembar Gathak-Gathuk yang kebingungan mencari tuannya dipandu tokoh Punakawan ke barat, kemudian bertemulah mereka dengan Raden Jayengresmi. Setelah bertemu, mereka melanjutkan perjalanan untuk bertemu dengan Niken Rancangkapti. Dimulailah kembali perjalanan menelusuri berbagai daerah sekaligus merupakan perjalanan spiritual mereka.

Buku ini terdiri dari lima bab yang diantaranya; Pengembaraan Spiritual, Para Manusia, Pesan Centhini, Manusia Berubah, dan Jangan Kagetan. Isi cerita buku ini berlatar belakang perjalanan yang dilakukan Jayengresmi dan Gathak-Gathuk. Terinspirasi dari Serat Centhini, Manuskrip Celestine karya James Redfield, dan kisah dunia pewayangan, pesan dalam buku berfokus pada refleksi serta kritik masalah sosial, budaya, dan politik Indonesia terkini. Contohnya kasus korupsi, kebiasaan buruk pemerintah dan masyarakat, edukasi terhadap masyarakat, penyadapan Australia atas Indonesia, kekerasan istri pensiunan Jenderal terhadap pembantu rumah tangga, bahkan gigitan maut Luis Suarez!

Buku ini cukup unik dengan latar waktu yang terkesan acak, hal tersebut terlihat dari para tokoh yang berkumpul dalam satu waktu. Namun, disinilah letak unik penulisan buku ini. Dengan bahasa humor ala dalang wayang, Sujiwo Tejo lebih leluasa dalam mencampur aduk kisah pewayangan dengan isu terkini.

Tuhan Maha Asyik (2016)

(Gramedia.com)

Tuhan Maha Asyik merupakan buku filsafat agama yang disusun oleh Sujiwo Tejo dan Dr. MN. Kamba dengan perspektif tasawuf Islam. Buku tersebut mendorong pembaca untuk bisa mengenal lebih jauh sekaligus berhubungan baik dengan Tuhannya. Dialog Cerpen anak-anak yang diperankan oleh Buchori, Kapitayan, Christine, Parwati, Samin, Dharma, dan Pangestu, digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan dalam setiap bab. Juga setiap cerpen terdapat essay singkat untuk menjelaskan maknanya.

Pembahasan buku ini memang cukup berat, sebab membahas tentang kuasa Tuhan atas realita ada. Tetapi, buku ini dapat membantu pembaca menuju pemahaman bahwa kehidupan yang ciptaan Tuhan bisa dimaknai dengan asyik. Buku yang menjelaskan peran manusia — dengan kapasitas yang terbatas — untuk mengamalkan sifat-sifat baik Tuhan. Buku yang menjelaskan hubungan manusia yang konkret dengan Tuhan dan cara kerjanya yang misterius. Namun, begitulah Tuhan apa adanya. Keberadaannya yang menciptakan diskursus secara langsung menunjukkan kekuasaannya. Begitulah letak asyiknya, dalam diskursus Tuhan menampakkan keberadaannya. Tuhan selalu hadir dalam berbagai bentuk. Buku yang menunjukkan bahwa setiap waktu Tuhan selalu dekat dengan manusia.

Talijiwo (2018)

Goodreads.com)

Buku Talijiwo merupakan kumpulan Cerpen dengan Sastro Sutali dan Jendrowati Sujiwo alias Sastro-Jendro alias Tali-Jiwo, sebagai tokoh utama. Talijiwo terdiri dari beberapa bab, yaitu; Melakoni Lakon, Negeri yang Kekurangan Senja, (Bukan) Penjara Kasih Sayang, Tak Sesuai Mereka yang Kena OTT, dan Bertahan dengan Harapan. Setiap bab memiliki lima sampai delapan subbab. Dialog setiap bab Sastro-Jendro dengan mencampur aduk romantisme, satir, dan humor berusaha mengkritik kehidupan modern sehari-hari masyarakat Indonesia. Beberapa dibalut kisah cinta untuk mengangkat isu sosial, budaya, dan politik.

Misalnya, kritik sosial dalam bab Negeri yang Kekurangan Senja tentang manusia modern yang lebih mengandalkan teknologi dibanding interaksi secara nyata, hal itu terlihat pada subbab Arus Rantau. Kritik budaya ditunjukkan pada bab Bertahan Dengan Harapan, subbab Hari Anggoro tentang tergerusnya bahasa Jawa di tengah modernisasi. Kritik politik salah satunya ditunjukkan pada bab Cinta Bukan Tentang Kata, subbab Membaca Novel tentang demonstrasi rakyat Rembang terhadap PT Semen Indonesia pada tahun 2017.

Selain kritik dan satir, terdapat sejumlah quotes yang Sujiwo Tejo buat dalam twitternya dengan hastag #Talijiwo. Keseluruhan isi buku terinspirasi oleh hastag #Talijiwo. Kumpulan quotes dalam buku dijamin membuat Teman Baca kesengsem sendiri dengan keindahan dan makna katanya. Buku ini menyenangkan jika dinikmati dengan hati yang senja.

Sekiranya itulah buku karya Sujiwo Tejo yang Kumpulbaca rekomendasikan. Ketiga buku tersebut, Sujiwo Tejo memilih latar cerita yang berbeda, tetapi sama dalam pembahasan. Kesamaan itu berupa pembahasan peran manusia dalam kehidupan sosial, budaya, politik, dan agama. Dia sukses memberi hiburan dengan penulisan yang mencampur aduk karya sastra seperti dunia wayang, Serat Centhini, bahkan hastag #Talijiwo dengan pemikiran yang ingin disampaikan. Campur aduk yang menyenangkan.

Penasaran dengan ketiga buku karya Sujiwo Tejo diatas? Silahkan membaca!

Ditulis oleh Muhammad Farhan Alfiansyah

--

--

Kumpulbaca
Kumpulbaca

Written by Kumpulbaca

Komunitas membaca buku yang mendukung gerakan #SejamMembaca untuk generasi bangsa yang lebih bermartabat! Instagram : https://www.instagram.com/kumpulbaca/

No responses yet