Nostalgia Buku dan Film ‘Laskar Pelangi’ Andrea Hirata di Agenda Bincang Buku Kumpulbaca

Kumpulbaca
3 min readFeb 1, 2021

--

Siapa sih yang tidak tahu Laskar Pelangi? Minggu, 17 Januari 2021 lalu Kumpulbaca mengadakan Bincang Buku untuk mengulik salah satu buku paling populer pada masanya yang diangkat ke dalam film — yang juga sama populernya — ini bersama Akhmad Irfai secara daring.

Buku ini meski terbit pada 2005, baru difilmkan pada 2008 oleh produser Mira Lesmana. Masih ingat nggak dengan plot dan konfliknya? Jika kamu lupa, mari kita bahas dahulu sinopsisnya.

Secara singkat, buku ini bercerita mengenai perjuangan Lintang, Ikal dan kawan-kawan untuk bersekolah di SD Muhammadiyah di Belitung yang amat sederhana. Sayangnya, sekolah yang mereka inginkan terancam akan ditutup karena memiliki jumlah siswa kurang dari 10 anak. Nah, dari situlah perjalanan cerita dimulai dan membawa para pembacanya untuk mengikuti perjalanan para tokoh untuk mengejar pendidikan dan petualangan seru lainnya di Kota Timah tersebut. Tidak sampai di situ, kisah para tokoh terus berlanjut hingga seri-seri berikutnya, antara lain Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.

Pada Bincang Buku pertama di tahun 2021 ini, Teman Baca bersama Irfai berpendapat bahwa buku yang berhasil diterbitkan di lebih dari 20 negara ini tidak mengajarkan para pembacanya untuk menangisi kemiskinan, tetapi justru mengajaknya untuk memandang kemiskinan dengan cara berbeda.

Sementara itu, untuk filmnya sendiri — yang pada dasarnya memang bersifat lebih visual, menunjukkan salah satu kenyataan pahit nan penting: bahwa “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” belum bisa terwujud. Hal ini ditampilkan melalui salah satu peralihan adegan film yang cukup membekas, yaitu dari pekerja tambang ke salah satu tokoh, Lintang, yang harus tinggal di gubuk kecil di daerah pesisir. Dalam peralihan adegan ini, menggema suara pembacaan Pancasila di belakangnya. Terbayang, bukan, bagaimana hal-hal yang dijelaskan secara lebih kompleks dalam bukunya, yang dapat memicu imajinasi para pembaca, disederhanakan menjadi sedemikian rupa agar lebih mudah dikonsumsi melalui visualisasi dalam film.

Meski diadaptasi dari novel, film yang disutradarai Riri Riza ini memiliki sejumlah perbedaan adegan bahkan penambahan karakter. Perbedaan misalnya pada perlombaan cerdas cermat yang diikuti Lintang sampai penambahan karakter Pak Mahmud (Tora Sudiro) yang tidak pernah ada di novel. Kendati demikian, Teman Baca masih mewajari adanya perubahan karena filmnya masih sangat bisa dinikmati pecinta novel Laskar Pelangi.

Tak pelak, film ini mendapat jumlah penonton hingga 4,6 juta penonton sampai Maret 2009. Tak cuma itu, novelnya juga diadaptasi ke berbagai bentuk seni pertunjukan lain termasuk drama musikal.

Film dan novel Laskar Pelangi juga mempengaruhi pariwisata Belitung. Andrea Hirata membangun Museum Kata Andrea Hirata dan lokasi syutingnya, SD Muhammadiyah, hingga saat ini masih ramai dikunjungi wisatawan asing maupun luar negeri. Konon, cerita Laskar Pelangi memang diangkat dari cerita sang penulis sendiri.

Nah, bagi kamu yang belum sempat hadir dalam Bincang Buku kali ini tidak usah khawatir. Ke depan, Kumpulbaca akan menghadirkan acara seru lain yang tidak kalah cetarnya dengan Bincang Buku. Pantau terus media sosial kami di @kumpulbaca dan jangan sampai ketinggalan informasinya, ya!

Ditulis oleh Hafiza Dina Islamy.

--

--

Kumpulbaca
Kumpulbaca

Written by Kumpulbaca

Komunitas membaca buku yang mendukung gerakan #SejamMembaca untuk generasi bangsa yang lebih bermartabat! Instagram : https://www.instagram.com/kumpulbaca/

No responses yet