Merasa Cukup Menurut Buku The Psychology of Money Karya Morgan Housel

Kumpulbaca
2 min readFeb 25, 2022

--

Manusia cenderung merasa tidak pernah cukup. Sekali berhasil, individu biasanya akan mengejar pencapaian lain dengan target lebih tinggi daripada sebelumnya. Lalu muncul keinginan mencapai target demi target yang tiada habisnya hingga merelakan banyak hal. Salah satunya berkaitan dengan uang.

Photo by Alice Pasqual on Unsplash

Dalam The Psychology of Money, Morgan Housel bercerita bahwa ada seorang pria India bernama Rajat Gupta. Ia pernah menjadi pemilik perusahaan konsultasi paling bergengsi di dunia. Jelas bahwa Rajat Gupta luar biasa kaya. Namun, ia masih tetap mengejar lebih banyak uang. Ia tidak merasa cukup hingga berakhir di penjara karena tersandung suatu kasus keuangan.

Rajat Gupta sudah mendapatkan semuanya. Ia sukses, kaya, memiliki reputasi apik, kebebasan, kekuasaan, dan segala macam titel dan keuntungan lainnya. Yang menjadi pertanyaan adalah “Mengapa ia tidak merasa cukup dengan berbagai hal yang sudah dicapainya?”. Lalu, bagaimana denganmu? Apakah sudah merasa cukup? Morgan Housel memberikan beberapa saran seperti berikut.

  • Mengontrol keinginan. Normal kok kalau kamu punya keinginan. Yang menjadi masalah apabila keinginan kamu tidak terkontrol. Rasanya mau lagi dan lagi. Ingin punya lebih banyak uang, lebih banyak kekuasaan, dan lain-lain. Ambisi rasanya tidak pernah selesai dan tidak pernah puas. Akhirnya, kamu merasa ketinggalan dan harus menanggung resiko semakin lama semakin besar.
  • Tidak membandingkan. Hal ini sering terjadi, terutama menyinggung uang atau pendapatan. Kamu merasa ‘ingin lebih’ jika tahu bahwa pendapatan orang lain di atasmu. Itu adalah pertempuran sia-sia yang tidak akan dimenangkan olehmu. Kamu hanya membuang waktu demi hal yang tidak akan pernah dicapai. Kalaupun ingin menang, kamu hanya perlu menerima apa yang sudah ada dalam genggaman.
  • Berlebihan berbuntut sesal. Keinginan yang berlebihan dan tidak pernah puas hanya akan menjadi penyesalan di kemudian hari. Bayangkan kamu memakan banyak makanan hingga muntah. Gak enak kan kalau muntah? Alih-alih menikmati makanan, kamu menjadi sakit. Gunakan analogi tersebut saat mengejar hal-hal yang tidak mampu memuaskanmu.
  • Ada yang tidak perlu dikejar apapun bentuk keuntungannya. Ada hal-hal tertentu yang lebih baik tidak perlu dikejar karena risiko yang akan ditanggung kedepannya. Entah itu berupa reputasi, harga diri, kebebasan, keluarga, kawan, orang-orang yang dicintai, kebahagiaan, atau hal-hal penting lainnya yang tidak bisa diukur. Apa yang sudah kamu korbankan bisa jadi tidak kembali untuk selamanya. Sedih, kan?

Intinya adalah kamu perlu tahu kapan saatnya untuk mengatakan cukup. Sulit memang karena indikator kecukupan tiap orang berbeda-beda. Sulit, tapi bukan tidak mungkin. Perasaan ‘merasa cukup’ perlu kita latih dan miliki. Sebab, ada risiko yang bisa dihindari. Terutama, hal-hal yang memang tidak perlu dikorbankan demi pemuasan ambisi yang kadangkala tidak kelihatan ujungnya.

Ditulis oleh Rafarda Septiardhya

--

--

Kumpulbaca
Kumpulbaca

Written by Kumpulbaca

Komunitas membaca buku yang mendukung gerakan #SejamMembaca untuk generasi bangsa yang lebih bermartabat! Instagram : https://www.instagram.com/kumpulbaca/

No responses yet