Keseruan Festival Literasi Patjarmerah di Surabaya
Apa kabar, Teman Baca?
Seminggu yang lalu, Kumpulbaca berkesempatan mengikuti sebuah festival literasi yang sudah terkenal namanya di telinga para pecinta buku. Apalagi jika bukan Festival Literasi patjarmerah yang gemar mengelilingi kota-kota besar di Indonesia. Kali ini, Kumpulbaca hadir di salah satunya yaitu di AJBS World Surabaya pada 29 Oktober — 6 November 2022.
Festival kali ini benar-benar keren! Patjarmerah tidak sekadar menggelar sebuah pameran buku biasa, tetapi juga acara-acara yang berhubungan dengan literasi. Maka dari itu, patjarmerah mengundang para pengisi acara dan narasumber yang tidak main-main. Nah, salah satu rangkaian acara yang diikuti oleh Kumpulbaca yakni Cangkrukan Buku dan Literatour.
Tema Cangkrukan Buku kali ini membahas buku terbitan Penerbit Haru yang sedang hangat diperbincangkan baik di dalam maupun luar negeri. Buku ini ludes terjual kurang dari satu jam sejak dirilis pertama kali di Indonesia. Bukunya adalah Cursed Bunny karya Bora Chung.
Acara Cangkrukan Buku: Membaca Cursed Bunny diisi oleh Andri Setiawan selaku editor dan Wahyu Novianto selaku bookstagrammer sekaligus salah satu pembaca pertama buku Cursed Bunny. Acara ini dimoderatori oleh Kanaya Sophia atau Aya, seorang bookstagrammer.
Sesi diskusi buku dibuka dengan Aya menanyakan bagaimana perasaan Bang Way, panggilan akrab Wahyu Novianto, dan Andri setelah membaca buku Cursed Bunny. Menjijikkan, menakutkan, dan berbagai sensasi campur aduk diutarakan. Bukan hal baru lagi bahwa bagi orang-orang yang telah menyelesaikan Cursed Bunny akan merasakan sensasi-sensasi yang sama.
Sesi pun berlanjut dengan membaca salah satu cerpen Cursed Bunny, yakni Si Kepala, bersama para peserta. Kak Aya lalu melanjutkan diskusi cerpen Si Kepala. Ia bertanya interpretasi apa saja yang dibayangkan oleh para peserta setelah membaca cerpen itu. Jawaban yang beragam dari beberapa peserta memberikan pengalaman baru bagi orang-orang yang belum dan sudah membaca Cursed Bunny.
Seluruh cerpen yang disajikan dalam Cursed Bunny memiliki “kengeriannya” masing-masing. Meskipun demikian, ada pesan yang ingin disampaikan oleh Bora Chung pada karyanya. Cursed Bunny menggambarkan bagaimana manusia bisa berperilaku tidak berperikemanusiaan dan posisi wanita serta anak-anak yang masih dipandang rendah terutama di Asia.
Keesokannya, Kumpulbaca mengikuti Literatour yang dibersamai oleh Nabila Putri, penggagas #BacadiSurabaya dan Literatour. Acara diawali membaca senyap selama 30 menit. Kemudian, rombongan Literatour diajak jalan-jalan di area Pasar Buku patjarmerah. Kak Nabila menceritakan buku-buku rekomendasinya dan membagikan sekilas isi buku-buku tersebut. Adapun judul-judul bukunya yakni sebagai berikut.
- Harimau! Harimau! — Mochtar Lubis
- The Alpha Girls Guide — Henry Manampiring
- Manusia Paling Pipuja di Seluruh Dunia — Angga Prawadika Aji
- Akhir Penjantanan Dunia — Ester Lianawati
- Cursed Bunny — Bora Chung
- Filosofi Teras — Henry Manampiring
- Perempuan di Titik Nol — Nawal As-Sa’dawi
- Cerita Cerita Jakarta
- Perempuan — Mochtar Lubis
- Si Kecil yang Terluka dalam Tubuh Orang Dewasa — Patresia Kirnandita
- Sebab Kita Semua Gila Seks — Ester Pandiangan
- Maaf, Orgasme Bukan Hanya Urusan Kelamin — Ester Pandiangan
- Life as Divorcee — Virly K.A.
Setelah itu, rombongan Literatour kembali diajak ke salah satu perpustakaan independen di Surabaya, yakni C20 Library. Perpustakaan ini berada di tengah kota. Meskipun demikian, ketika memasukinya lebih dalam, riuh ramai perkotaan hampir tidak terdengar.
C20 Library cocok bagi Teman Baca yang ingin sekadar meminjam dan membaca buku serta mengerjakan tugas, mengingat ia juga merupakan coworking space. Teman Baca boleh banget membawa makanan dan minuman dari luar.
Sekian cerita jalan-jalan Kumpulbaca di patjarmerah Surabaya. Gimana? Seru, kan?
Apakah Teman Baca rindu mengunjungi festival buku setelah dua tahun dilanda pandemi? Jika iya, Teman Baca bisa ikut dan pantau terus perjalanan patjarmerah ke kota-kota berikutnya. Siapa tahu, kotamu adalah tempat selanjutnya!
Rafarda Septiardhya