Bincang Buku Anak “Kokokan Membawa Arumbawangi” bersama Winta Hari Arsitowati

Kumpulbaca
2 min readJul 4, 2021

--

Teman Baca apa yang terlintas di kepala saat mendengar dongeng anak? Beberapa mungkin akan teringat film-film karya Disney dan sebagian lainnya akan langsung membayangkan akhir yang bahagia. Buku Kokokan Membawa Arumbawangi karya Cyntha Hariadi ini membawa sesuatu yang berbeda dari kebanyakan buku dongeng dari Indonesia. Menghadirkan cerita dengan suasana yang muram dan berpusat pada realita kehidupan melalui mata seorang anak.

Kisah ini berfokus kepada kehidupan keluarga kecil yang terdiri dari ibu, bernama Nanamama serta dua anaknya, yaitu Kakaputu dan Arumbawangi. Arumbawangi sendiri merupakan anak yang dibawa oleh Burung Kokokan dan ditemukan oleh Nanamama di ladang bawang miliknya. Nanamama membesarkan Arumbawangi seperti anaknya sendiri, tapi ini merupakan awal dari konflik. Arumbawangi yang bukan merupakan warga asli desa tersebut dianggap merupakan anak sial bahkan dikucilkan. Nanamama serta Kakaputu berusaha untuk melindungi Arumbawangi, tetapi mereka juga malah terkena gunjingan.

Kokokan Membawa Arumbawangi sendiri merupakan buku yang dibahas dalam Bincang Buku, agenda mingguan dari Kumpulbaca. Winta selaku pembicara Bincang Buku kali ini mengatakan ada beberapa hal menarik dari buku ini. Latar tempat buku ini sendiri tidak dijelaskan secara gamblang, tapi dari gambaran penulis serta tradisi yang dituliskan bisa diketahui bahwa desa di Bali menjadi referensi. Selain itu, banyak pesan moral yang bisa diambil dari buku ini seperti ketulusan dalam menjalani hidup, menghargai orang lain serta nilai kekeluargaan. Isu lingkungan juga disorot dan bisa dikatakan mengarahkan cerita ini menuju konflik utama. Belum lagi selain 325 halaman buku yang menceritakan tentang kisah utama, terdapat beberapa tambahan halaman berisi berbagai resep makanan yang ada dalam cerita sampai cara membuat kincir kaleng.

“Manusia kadang bisa dibutakan oleh harta, ” demikian menurut Winta menanggapi perlakuan warga desa pada Nanamama yang telah mereka kenal hampir seumur hidupnya dalam kisah ini.

Meski sangat merekomendasikan buku ini, Winta mengakui buku ini memang salah satu genre favoritnya dan sangat puas secara keseluruhan. Namun, bagi Teman Baca yang tidak suka dengan cerita anak dengan suasana sedikit muram mungkin akan kurang menyukai buku ini. Memiliki rating umur 9 tahun keatas, buku ini tetap bisa dibaca dengan pendampingan orang dewasa untuk anak yang lebih muda sebab banyak kejadian-kejadian yang memerlukan penjelasan lebih lanjut.

Acara bincang buku kali ini diakhiri dengan pemberian rekomendasi buku bacaan, seperti Buku Esperanza Rising karya Pam Munoz Ryan, The Miraculous Journey of Edward Tullen karya Kate Di Camio dan Hei, Alga karya Cikie Wahab. Semua buku tersebut merupakan buku anak-anak yang “gelap” dan tidak hanya menunjukkan sisi bahagia dari setiap kehidupan. Buku tersebut sendiri bisa menjadi pengingat bagi kita sendiri bahwa hidup tidak hanya soal kesenangan, terkadang kesulitan merupakan sesuatu yang harus dilewati. Jadi, bisa dilihat bukan bahwa buku anak sekalipun bisa memberikan banyak pelajaran dan tidak kalah seru dengan buku dengan genre lainnya.

Ditulis oleh Salsabila Adenia

--

--

Kumpulbaca
Kumpulbaca

Written by Kumpulbaca

Komunitas membaca buku yang mendukung gerakan #SejamMembaca untuk generasi bangsa yang lebih bermartabat! Instagram : https://www.instagram.com/kumpulbaca/

No responses yet